{ads}

Piaget dan Teori Perkembangan Kognitif

Piaget dan Teori Perkembangan Kognitif

Piaget dan Teori Perkembangan Kognitif

Piaget (Huda, 2014: 42) yang berfokus tentang bagaimana perkembangan bahasa dapat mempengaruhi proses berpikir. Teorinya menekankan pada kedewasaan dan perkembangan kognitif berdasarkan tahap usia. Prinsip dasar dalam teorinya adalah bahwa anak-anak dapat merekonstruksi atau membangun pemahamannya sendiri. Pengetahuan bukanlah sebuah salinan dan realitas. Untuk itulah, pembelajaran merupakan proses yang didalamnya seorang anak, melalui asimilasi dan akomodasi, mengembangkan struktur pengetahuannya agar bernilai guna.
Tahap perkembangan kognitif piaget
Tahap perkembangan kognitif Piaget

Hal ini terjadi ketika siswa memiliki pengalamannya sendiri dan menafsirkan berdasarkan struktur pengetahuan yang sudah membangun sebelumnya, yang dengan demikian berkaitan dengan perspektif Dewey dan Kolb. Akan tetapi, perspektif Piaget berbeda dalam hal apa yang ia sebut sebagai pengetahuan adalah sesuatu yang sudah ada sebelumnya, yaitu pengetahuan yang diperoleh pada tahap pertama perkembangan sebelum pindah pada tahap selanjutnya.


Menurut Piaget, seorang anak akan mencari keseimbangan antara struktur pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi muncul ketika ada kesan baru yang ternyata sesuai dengan skema kognitif yang telah dimiliki seorang anak. Sementara itu, akomodasi muncul ketika seorang anak mengubah skema kognitif yang dimilikinya sehingga pembelajaran menjadi semakin meningkat ke level yang lebih tinggi. Dengan demikian, Pembelajaran baru hanya terjadi ketika seseorang bisa mengembangkan pola pikirnya dengan mengadaptasi sesuatu yang baru dan menyesuaikan sesuatu yang lama. 

Guru yang mengikuti teori ini akan membuat rencana pembelajaran yang dianggap "sesuai dengan usia". Hal ini dilakukan dengan cara memastikan bahwa tugas-tugas dan materi pelajaran sudah sesuai dengan level kognitif siswa yang sesuai dengan usia mereka pada umumnya. Guru memberi tugas dengan asumsi bahwa siswa harus menguasai skill-skill kognitif level rendah sebelum benar-benar menggunakan skill-skill kognitif level tinggi. Anak kecil dan anak usia dini tidak mampu berpikir kompleks, atau berpikir dalam level tinggi. Untuk itulah, guru harus benar-benar mengenali hasil-hasil yang mungkin dan tidak mungkin dicapai oleh siswa tanpa perlu menguji apakah siswa memiliki skill level tinggi atau tidak.

Para guru pendidikan anak usia dini haruslah fokus pada tugas-tugas seperti klasifikasi, pemahaman terhadap waktu, dan angka-angka. Mereka tidak boleh menugaskan eksperimentasi dan pembentukan hipotesis karena skill pada anak usia dini diyakini belum mencapai tingkatan level semacam itu. Jadi dalam ruang kelas, guru seharusnya benar-benar mengenali skill-skill kognitif para siswanya. Perpindahan mendadak dari tugas level rendah ke tugas level tinggi hanya akan membuat pembelajaran tidak efektif.

Pada dasarnya siswa, siswa belajar dengan mengeksplorasi lingkungannya dan mereka akan benar-benar belajar jika diberi kesempatan untuk memanipulasi lingkungan tersebut. Akan tetapi, proses interaksi-interaksi semacam ini bisa jadi beragam sesuai usia dan level perkembangan kognitifnya, maka semakin kaya dan semakin kompleks pemahaman yang ia miliki terhadap materi pelajarannya. Untuk itulah, memperoleh skill-skill kognitif dan pengetahuan seharusnya direncanakan berdasarkan kelas atau level kognitif siswa, berpindah secara perlahan dari tingkat kesulitan yang rendah ke tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

Tahap-tahap perkembangan

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode diantaranya sebagai berikut.
  1. Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)
  2. Periode praoperasional (usia 2-7 tahun)
  3. Periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun)
  4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

1. Periode Sensorimotor

Menurut piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode yang telah disebutkan di atas. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman diantaranya seperti berikut.
  • Tahap skema refleks, muncul saat lahir sampai usia 6 minggu yang berhubungan dengan refleks
  • Tahap fase reaksi sirkular primer, dari usia 6 minggu sampai empat bulan dan berhubungan dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan
  • Tahap koordinasi reaksi sirkuler sekunder, muncul dari usia 9 - 12 bulan saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda jika dilihat dari sudut berbeda
  • Tahap fase reaksi sirkuler tersier, muncul ketika usia 12 - 18 bulan dan berhubungan dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan
  • Tahap awalan representasi simbolik, berhubungan dengan tahapan awal kreativitas

2. Tahap praoperasional

Tahap praoperasional merupakan tahap kedua dari tahap perkembangan anak. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget dapat menunjukkan bahwa setelah akhir usia 2 tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran praoperasional dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan  secara logika tidak memadai. Pada tahap ini, anak belajar menggunakkan dan mempresentasikan objek dengan gambaran kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris, anak masih kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.

3. Tahap operasional konkrit (usia 7 - 11 tahun)

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia 6 - 12 bulan dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini seperti pengurutan, klasifikasi, decentering, reversibility, konservasi, dan penghilangan sifat egosentrisme.

4. Tahap operasional formal (usia 11 tahun - dewasa)

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik pada tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.

Sumber: Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-isu Metodis dan Pragmatis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter
function fiksioner() { // Put all of your scripts here //---- DELETE me and REPLACE with your code ----// } //]]>