{ads}

Vygotski dan Teori Pembelajaran sebagai Konstruksi Sosial-Kultural

Vygotski dan Teori Pembelajaran sebagai Konstruksi Sosial-Kultural

Pembelajaran sebagai konstruksi sosial-kultural

A. Teori Pembelajaran sebagai Konstruksi Sosial-Kultural

Paragidma teoretis ini didasarkan pada pembelajaran sebagai konstruksi pengetahuan di antara individu dan masyarakat. Sebagai bagian dari kehidupan sosial, kebanyakan proses belajar terjadi di dalam setting sosial, dalam kelompok-kelompok atau muncul sebagai hasil dan interaksi dengan orang lain. Vygotsky (Huda, 2014: 45) menaruh perhatian pada proses pengembangan level-level berpikir tingkat tinggi, seperti memori, perhatian, pembuatan keputusan, dan pembentukan konsep. 

Menurut Vygostsky, masing-masing dari level ini berasal dari perkembangan kultural melalui eksplorasi pengetahuan. Ia menyatakan bahwa individu manapun, sejak kelahirannya, merupakan makhluk sosial dan kolektif. Perkembangan individu sangat bergantung pada kondisi sekitarnya, seperti kondisi rumah dan lingkungan belajar di sekolah. Meskipun Vygotsky setuju dengan Piaget bahwa bahasa merupakan sarana penting untuk memecahkan masalah dan proses berpikir, ia juga menegaskan bahwa kompetensi seorang anak haruslah dipahami melalui tiga aspek di antaranya:
  1. Zona Aktual. Zona ini merujuk pada apa yang dapat dilakukan seorang anak secara mandiri. Apa yang dilakukan oleh anak dapat dikerjakan secara mandir, ia merasa sangat percaya diri dan apa yang dilakukannya ia merasa belum membutuhkan bantuan orang lain.
  2. Zona Potensial. Zona ini merujuk pada apa yang dapat dilakukan seorang anak untuk mengatur dirinya sendiri melalui bantuan orang lain. 
  3. Zona Perkembangan Dekat. Zona ini muncul diantara zona aktual dan zona potensial (Vygostky, (Huda, 2014: 46), yang merujuk pada "jarak antara level perkembangan aktual, yang ditentukan oleh kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan level perkembangan potensial, yang ditentukan oleh kemampuan memecahkan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dengan berkolaborasi dengan rekan-rekannya yang lebih mampu. 
Individu yang sedang belajar sering kali dipandang sebagai orang yang membutuhkan bimbingan dari orang lain yang memiliki pengetahuan dan pemahaman lebih disukai terhadap materi pelajaran tertentu. Orang yang membantu ini diangap sebagai "orang yang kompeten". Guru yang mengikuti teori ini akan mencoba mendesain pembelajaran untuk memanfaatkan proses alamiah pembelajaran tersebut dari orang lain yang berpengetahuan itu. 

Tugas-tugas pengajaran dan penerimaan informasi seharusnya difokuskan pada tugas-tugas yang bisa dikerjakan oleh siswa tanpa bantuan guru. Artinya, tugas-tugas itu diharapkan dapat dikerjakan siswa dengan meminta bantuan orang lain atau temannya yang lebih kompeten. Dengan demikian, guru dapat membuat kelompok-kelompok di mana individu-individu yang lebih kompeten diberi posisi untuk membantu mereka yang kurang kompeten. Begitu pula, guru atau sekolah juga dapat menugaskan mentor atau membuat simulasi sesama tutor.
Tugas-tugas itu juga didesain agar dapat mendorong siswa untuk saling bertukar informasi dengan individu-individu yang lebih kompeten, misalnya wawancara dengan orang yang ahli di bidangnya atau yang dapat berbagi prespektif lain. Sementara itu, para praktisi yang menerapkan teori Vygostsky dapat memasukkan teknik-teknik instruksional yang berbeda ketika mengajar.

Teori Vygostky menawarkan suatu potret perkemabangan manusia sebagai seuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu untuk berkembang dengan bimbingan dari orang yang sudah terampill di dalam bidang-bidang tersebut.

Pada dasarnya teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama, yaitu; (1) intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui, (2) interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual, (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.

B. Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Kegiatan Belajar Mengajar

  1. Walaupun anak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, namun guru juga harus mendampingi anak secara aktif dalam pembelajaran. Dalam istilah teoretis, ini berarti anak-anak bekerja dalam zona potensial.
  2. Secara khusus Vygostsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga memiliki pengaruh penting pada perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu, pembelajaran secara kooperatif dapat mempercepat perkembangan anak





Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter
function fiksioner() { // Put all of your scripts here //---- DELETE me and REPLACE with your code ----// } //]]>