{ads}

Kolb-Dewey dan Teori pembelajaran Sebagai Rekonstruksi Pengalaman

Kolb dan Teori pembelajaran Sebagai Rekonstruksi Pengalaman

A. Pembelajaran sebagai rekonstruksi pengalaman

Diagram gaya-gaya pembelajaran Kolb
Diagram gaya-gaya pembelajaran Kolb
Bogner (Huda, 2014: 36) merangkum pemikiran Dewey tentang pembelajaran dengan mengatakan, "Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang dapat memberi nilai lebih pada makna pengalaman tersebut dan meningkatkan kemampuan untuk mengarahkan model pengalaman selanjutnya". Ia lalu melanjutkan sintesis ini dengan beberapa point seperti berikut.
  1. Pembelajaran merupakan proses alamiah. Maksudnya, selama hidup, setiap individu hampir selalu terlibat dalam pembelajaran, berusaha untuk menghubungkan peristiwa kehidupannya dengan makna-makna.
  2. Pembelajaran distimulasi oleh situasi problematik. Pembelajaran merupakan peristiwa alamiah yang dihasilkan melalui situasi alamiah pula, yaitu kontroversi dan perbedaan. Untuk belajar, individu-individu harus terlibat aktif secara mental dalam menghubungkan peristiwa.
  3. Pembelajaran merupakan proses aktif. Pembelajaran dihasilkan melalui keterlibatan aktif individu dalam merefleksikan pengalaman dan tindakan yang ia praktikan di lingkungan tertentu. Misalnya, pembelajaran menaruh paku di dinding dan menggantung lukisan di situ hanya untuk melihat lukisan itu jatuh dari dinding karena beban lukisan yang terlalu berat.
  4. Pembelajaran terjadi ketika individu berefleksi dengan hasil tindakannya. Dalam hal ini pembelajaran merujuk kembali ke lukisan, mengingat beberapa hal yang dapat mengarahkannya untuk membuat semacam jangkar agar dapat menopang lukisan itu di dinding. Refleksi tentang tindakan tersebut dan kesimpulan yang diperoleh dari refleksi inilah yang mempresentasikan proses pembelajaran itu sendiri. Dari pengalaman ini, seseorang bisa belajar dari contoh di atas penting untuk mengebor kembali lubang di dinding dan memasukkan semacam jangkar kecil sebelum meletakkan lukisan.
  5. Pembelajaran lain mungkin saja berefleksi tentang pengalaman yang sama dan menarik kesimpulan bahwa ia ternyata tidak terlalu terampil sehingga ia perlu meminta orang lain untuk melakukan tugas itu. Dengan demikian, belajar dari pengalaman dapat saja melahirkan dua orang yang menarik dua kesimpulan yang berbeda dari pengalaman yang sama.
  6. Pembelajaran melibatkan kemampuan pembelajar untuk membentuk hubungan-hubungan di antara berbagai gagasan, makna, dan peristiwa. Pembelajaran secara eskperiental didasarkan pada dan pada hakikatnya merupakan proses membangun relasi antara lingkungannya (pengalaman) dan pikiran serta tindakannya (refleksi). Secara sederhana dapat dikatakan, "pembelajaran dihasilkan melalui refleksi terhadap pengalaman.
  7. Pembelajaran merupakan aktivitas mental yang teratur. Proses belajar dan berpikir saling berhubungan satu sama lain, bukan sebagai proses acak, melainkan terhubung dengan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan tertentu. 
Menurut Dewey (Huda, 2014: 39), semua pengetahuan, pemikiran, dan pembelajaran dapat muncul melalui pengalaman. Seorang individu harus bekerja, tetapi agar ia bisa belajar, ia harus berefleksi terhadap apa yang dikerjakan. Tindakan pembelajaran melibatkan baik komponen sensorik atau eksperiental maupun komponen mental atau kognitif.

Bogner (Huda, 2014: 40) menjelaskan bahwa Kolb (1984) sepakat dengan Dewey dalam hal pengetahuan baru dapat diperoleh melalui "observasi dan refleksi" yang dilakukan berdasarkan makna, konsep, dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Dengan demikian, pengetahuan baru muncul dari pengetahuan lama. Pengetahuan baru merupakan rekonstruksi pengetahuan lama. Dengan observasi dan penelitian reflektif terhadap pengetahuan lama, seseorang dapat melihat sejauh mana keyakinannya bekerja dan bagaimana segala sesuatu beroperasi di dunia. Pemikiran baru inilah yang kemudian membuatnya mampu mengkonfigurasi kembali makna-makna pengalaman sehari-hari. 

Guru yang menggunakan teori pembelajaran eksperiental akan mengkonstruksi pembelajaran-pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui eksperimen, tindakan, atau melalui usaha menciptakan sesuatu. Singkatnya siswa dituntun untuk belajar secara aktif dalam proses pembelajaran. Teori pembelajaran ini merupakan anti-tesis terhadap pembelajaran yang menganggap bahwa siswa hanyalah penerima informasi.

Menurut teoretikus eskperiental semacam Dewey dan Kolb, pembelajaran hanya terjadi ketika individu atau siswa memiliki kesempatan untuk menunjukkan performanya, baik secara mental maupun secara fisik, dan kemudian berefleksi tentang makna tindakan atau performa tersebut. Selama proses refleksi ini, individu menghubungkan tindakannya dengan informasi yang telah dimiliki berdasarkan pengalaman sebelumnya. 
Dengan demikian, proses pengajaran haruslah mampu meningkatkan proses alamiah pembelajaran itu sendiri. Ia harus memformaliasi aktivitas yang sering kali acak dan kabur. Ia perlu mendorong individu untuk bekerja dan merefleksikan konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya, serta menghubungkan berbagai peristiwa atau tindakan yang sebelumnya tak terikat satu sama lain. 

Paradigma pengajaran Dewey dan Kolb ini umumnya diterapkan dengan langkah-langkah seperti berikut.
  1. Menyusun materi pelajaran agar sesuai dan konsisten dengan pengalaman siswa.
  2. Memilih konten pembelajaran yang bermanfaat, konsisten, dan aplikabel pada pengalaman siswa saat ini, bukan untuk masa depannya yang masih jauh.
  3. Mengelompokkan materi atau konten pelajaran sesuai dengan pengalaman setiap siswa.
  4. Menekankan pembelajaran sambil bekerja (pengalaman) dan berefleksi.
  5. Memperluas konteks pembelajaran pada bidang-bidang lain untuk meningkatkan pengalaman siswa dengan menghadapkannya pada situasi-situasi yang baru.
Dalam setting pengajaran tradisioanal, ketika ada sesuatu yang  harus dibuat menarik, itu karena ada kepentingan yang menginginkannya. Akan tetapi, dalam metode pengajaran oleh Dewey, jika guru ingin membuat pelajarannya menjadi menarik, relevan, efektif, dan produktif, ia seharusnya berhati-hati memilih materi pelajaran yang berkaitan dengan pengalaman masa kini dan masa lalu para siswanya. Apabila guru telah berhasil menstrukturasi materi pelajaran, siswa akan belajar dan menikmati proses belajarnya. 

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter
function fiksioner() { // Put all of your scripts here //---- DELETE me and REPLACE with your code ----// } //]]>