{ads}

Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran

PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN

Pembelajaran dan pengajaran adalah dua istilah yang saling memiliki keterkaitan. Pembelajaran akan menjadi lebih efektif apabila dipengaruhi oleh suatu pembelajaran dan pembelajaran merupakan suatu fasilitas dalam penyampaian informasi terhadap pembelajaran. Berikut akan dibahas mengenai istilah pembelajaran dan pengajaran tersebut.

A. Pembelajaran

Pembelajaran
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh taerhadap pemahaman. Pembelajaran sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah dari setiap orang. Wenger (Huda, 2014: 02) mengatakan "Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh orang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Bahkan lebih dari itu, pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, baik secara individual, kolektif, ataupun sosial". Salah satu bentuk pembelajaran adalah pemrosesan informasi. Hal ini dapat dianalogikan seperti pikiran atau otak kita yang berperan layaknya komputer dimana ada input (informasi yang masuk) dan penyimpanan informasi di dalamnya. Dalam hal ini, yang dilakukan oleh otak kita adalah bagaimana memperoleh kembali materi informasi tersebut, baik berupa gambar maupun tulisan. Dengan demikian, dalam pembelajaran seseorang perlu terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori untuk menangkap apa saja yang harus ia serap, apa saja yang harus ia simpan dalam memorinya, dan bagaimana ia menilai informasi yang telah ia peroleh (Glass dan Holyoak dalam Huda, 2014:2).

Pembelajaran bisa disebut juga sebagai modifikasi, sedangkan modifikasi sering disebut sebagai perubahan. Namun perubahan dalam hal apa yang dimaksud? Para behavoris menganggap perubahan yang dimaksud adalah hasil dari pembelajaran, karena pembelajaran adalah perubahan dalam tindakan dan perilaku seseorang. Misalnya, ada perubahan sikap dalam diri seseorang ketika ia berhasil menggunakan kuas dalam menggambar atau menggunakan mikroskop dengan benar selama proses eksperimen.

Kesuksesan seringkali membuat kita cenderung mengubah pola pendekatan kita dalam belajar. Meski demikian, kegagalan juga dapat menjadi alasan atau perubahan atau modifikasi tersebut. Misalnya, ketika kita gagal menggunakan kuas dengan baik saat menggambar atau gagal menggunakan mikroskop dengan benar selama proses eksperimen, maka kita akan cenderung mengubah pendekatan atau cara-cara kita dalam menggunakan instrumen-instrumen ini. Walaupun ketika saat kita berhasil pun, kita juga tak jarang melakukan perubahan pada pendekatan kita untuk memperoleh pencapaian yang berbeda.

Dengan demikian, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan ataupun ditingkatkan levelnya (Gagne, dalam Huda, 2014:3). Selama proses ini, seseorang bisa memilih untuk melakukan perubahan atau tidak sama sekali terhadap apa yang ia lakukan. Ketika pembelajaran diartikan sebagai perubahan dalam perilaku, tindakan, cara, dan performa, maka konsekuensinya jelas yaitu kita dapat mengobservasi, bahkan memverifikasi pembelajaran itu sendiri sebagai objek.

Apabila pembelajaran tidak didefinisikan dengan merujuk pada perubahan tingkah laku, tentu sangat sulit sekali untuk mengetahui bagaimana pembelajaran itu berlangsung. Meski demikian, menghubungkan pembelajaran dengan perubahan tingkah laku juga sering sekali menimbulkan dilema tersendiri terkait bagaimana mengukur, kapan, dan seperti apa pembelajaran itu terjadi saat merespon lingkungan sekitarnya, atau metode apa yang seharusnya digunakan ketika memberikan instruksi. Beberapa teoretikus juga melihat adanya kelemahan dalam definisi pembelajaran sebagai perubahan perilaku, karena definisi ini tidak bisa menjelaskan secara meyakinkan elemen-elemen penting dalam pembelajaran itu sendiri. Mereka cenderung melihat pembelajaran sebagai perubahan dalam bakat atau kapabilitas manusia.

Hilgard dan Bower (Huda, 2014: 4) berpendapat bahwa kontroversi dalam pembelajaran pada hakikatnya adalah perdebatan mengenai fakta-fakta, interpretasi atas fakta-fakta, dan bukan definisi istilah pembelajaran itu sendiri. Meskipun demikian, hampir semua orang sepakat bahwa pembelajaran berkaitan erat dengan pemahaman. Maksudnya, pembelajaran tidak hanya melibatkan interpretasi berbasis fakta, tetapi juga merepresentasikan pemahaman terapan. Singkatnya, pembelajaran merupakan konsep yang terbuka dan lepas. Ketika seseorang berusaha memahami operasi-operasi kompleks proses pembelajaran, praktik pembelajaran itu sendiri sebenarnya telah didefinisikan dengan cara yang berbeda-beda.

Meski demikian, nampaknya ada dua definisi yang cukup mewakili berbagai perspektif teoritis terkait dengan praktik pembelajaran:
  1. Pembelajaran sebagai perubahan perilaku. Salah satu contoh perubahannya adalah ketika seseorang pembelajar yang awalnya tidak begitu perhatian dalam kelas ternyata berubah menjadi sangat perhatian.
  2. Pembelajaran sebagai perubahan kapasitas. Salah satu contoh perubahannya adalah ketika seorang pembelajar yang awalnya takut pada pelajaran tertentu ternyata berubah menjadi seseorang yang percaya diri dalam menyelesaikan pelajaran tersebut.
Bergantung pada teori pembelajaran apa yang digunakan, yang jelas perubahan-perubahan ini dapat dilihat dari berubahnya tindakan atau kesadaran seseorang yang berpengaruh terhadap perilaku atau kapasitasnya dalam belajar. Selain itu, proses pembelajaran pada umumnya dipercaya sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya. Ketika interaksi semacam ini terjadi sangat intens, maka disitulah "stimulus respons" akan berlangsung, dan pada saat itulah interaksi yang lebih sadar dengan lingkungan tersebut mulai terjadi.

Baca Juga : Paradigma-paradgima Pembelajaran

B. Pengajaran

Pengajaran
Pengajaran dapat diartikan sebagai praktik menyalurkan informasi untuk proses pembelajaran. Praktik ini bisa dipahami dengan berbagai cara, yang jelas pengajaran merupakan gaya penyampaian dan perhatian terhadap kebutuhan para pembelajar yang diterapkan di luar kelas atau lingkungan manapun dimana pembelajaran itu terjadi. Hogback dan Nordkvelle (Huda, 2014: 7) mengatakan bahwa "pengajaran merupakan fasilitas pembelajaran (teaching is the facilitation of learning).
Agar pengajaran menjadi lebih efektif, pembelajar seharusnya dipahami lebih dari sekitar penerima pasif pengetahuan, melainkan seseorang yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang diarahkan oleh guru menuju lingkungan kelas yang nyaman dan kondisi emosional, sosiologis, psikologis, yang kondusif.

Selain itu yang membuat pengajaran menjadi lebih efektif adalah bagaimana guru berusaha menjadi panutan (modelling) dengan memperlihatkan kepribadian dan sikapnya yang positif, berpengalaman dalam mengajar, cakap dalam menyampaikan informasi, reflektif, motivatoris, dan bergairah untuk turut belajar (Boris dalam Huda, 2014: 7).

Masalah berikut, apakah siswa benar-benar belajar atas apa yang diajarkan padanya sangatlah bergantung pada siapa gurunya, bagaimana pemikirannya, gagasan, opini, penilaian, dan perasaan yang dibawanya. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai sikap-sikap kognitif guru yang sangat menentukan proses pembelajaran siswa.
  1. Pemikiran: respons langsung secara sadar terhadap refleksi yang melibatkan memori. Refleksi didefinisikan oleh Schon (1997) memiliki dua bentuk: refleksi "dalam" tindakan (reflection in action), yaitu pemikiran yang telah terjadi di masa lalu. 
  2. Gagasan: Prediksi terhadap respons atau spekulasi yang didasarkan pada reaksinya terhadap prespektif seseorang. Contoh: ia punya gagasan mengenai praktik pengajaran yang baik dari buku teori pendidikan.
  3. Opini: Kombinasi pemikiran dan gagasan yang menghasilkan konsep tertentu. Contoh: guru dimintai opininya mengenai kurikulum.
  4. Penilaian: Pemikiran, gagasan, dan opini yang konkrit yang dipengaruhi oleh memori dan didasarkan pada refleksi pengalaman masa lalu.
  5. Perasaan: Respons sensorik atau emosional terhadap stimulus yang sifatnya deskriptif atau klasifikatoris. Contoh: bahan ini terasa lunak karena saya menggenggamnya.
Perasaan juga sering didefinisikan sebagai respons terhadap kualitas tertentu yang sifatnya emosional atau intuitif sehingga ia terkadang bisa menjadi gagasan, pemikiran, opini, dan bahkan penilaian. Selanjutnya, perasaan dan emosi merupakan satu kesatuan yang dapat diobservasi. Keduanya merupakan respons trans-rasional terhadap stimulus yang turut berpotensi membangun pemikiran, gagasan, opini, dan penilaian. Perasaan, emosi, dengan pemikiran dapat dipandang sebagai "respon dasar" terhadap stimulus.

Baca Juga : Piaget dan Teori Perkembangan Kognitif

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter
function fiksioner() { // Put all of your scripts here //---- DELETE me and REPLACE with your code ----// } //]]>